Robot, Logika, dan Adrenalin: Serunya UAS Bertema LABYRINTH-X di Teknik Elektro UNISKA Kediri
Suasana Ujian Akhir Semester (UAS) di Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Kadiri (UNISKA) Kediri kali ini berbeda dari biasanya. Bukan sekadar duduk di kelas menjawab soal, mahasiswa semester 4 justru berhadapan dengan arena labirin penuh tantangan, deretan sensor, dan ketegangan waktu. Inilah LABYRINTH-X: The Ultimate Pathfinder Showdown — sebuah kompetisi robotik yang memadukan ketajaman logika, kreativitas pemrograman, dan adrenalin di lapangan.

Diselenggarakan pada 3 Juli 2025 di Auditorium UNISKA Gedung E lantai 2, LABYRINTH-X menjadi panggung bagi mahasiswa mata kuliah Mikroprosesor 1 untuk membuktikan kemampuan mereka merancang dan memprogram Smart Pathfinder Robot. Robot ini harus mampu membaca jalur labirin, menghindari jebakan, dan menuntaskan rintangan secara mandiri menggunakan sensor dan logika pemrograman.
“LABYRINTH-X ini bukan sekadar lomba robot,” tegas Danang Erwanto, S.T., M.T., dosen pengampu mata kuliah. “Ini adalah penerapan nyata Outcome-Based Education (OBE), di mana mahasiswa diuji tidak hanya dari sisi teori, tetapi juga kemampuannya memecahkan masalah teknis secara langsung di lapangan.”
Arena yang dijuluki Labyrinth of Logic dirancang untuk menguji algoritma, respons sensor, hingga presisi sistem penggerak robot. Rute berliku dengan percabangan mengecoh, jebakan tak terduga, dan rintangan yang memaksa robot berpikir cepat, membuat setiap detik di lintasan terasa menegangkan. Penilaian mencakup fungsionalitas, akurasi logika, kecepatan, dan kualitas presentasi teknis tim.

Bagi peserta, sensasi kompetisi ini adalah kombinasi antara stres ujian dan serunya pertandingan. “Awalnya kami kesulitan menyelaraskan sensor dan motor, tapi setelah berkali-kali uji coba, akhirnya robot bisa berjalan stabil,” ungkap Annisa, salah satu peserta. “Tantangannya bikin tegang, tapi begitu robot berhasil sampai tujuan, rasanya luar biasa.” Khoirul Wafa dari tim lain menambahkan, “Ada kepuasan tersendiri melihat algoritma yang kami rancang benar-benar bekerja di dunia nyata.”
Dekan Fakultas Teknik, Dr. Riska Nurtantyo Sarbini, S.T., M.T., turut memberi apresiasi. “Kegiatan ini menunjukkan bahwa pembelajaran tidak hanya berhenti di teori, tetapi juga mengasah keterampilan memecahkan persoalan nyata secara kolaboratif. Inilah pendidikan yang membangun semangat inovasi sekaligus problem-solving skills mahasiswa,” ujarnya.
LABYRINTH-X menjadi bukti bahwa UAS bisa menjadi momen eksplorasi dan pengalaman lapangan yang berkesan. Mahasiswa tidak hanya diuji aspek kognitifnya, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya melalui kerja sama tim, ketekunan, dan keberanian menghadapi kegagalan. Dengan pendekatan ini, UNISKA membentuk lulusan Teknik Elektro yang siap menghadapi tantangan teknologi masa depan — bukan hanya dengan kepala yang penuh teori, tetapi juga dengan keterampilan, kreativitas, dan nyali di lapangan.